CEREWET PARA WANITA BAGIAN DARI COBAAN PARA AULIA ALLAH SWT
Imam Al_Ghazali berkata:
الصبر على لسان النساء مما يمتحن به الأولياء
“Bersabar dari kata-kata (menyakitkan) yang keluar dari mulut para istri ialah bagian dari cobaan para wali Allah.”
Ref:
ﺇﺣﻴﺎء ﻋﻠﻮﻡ اﻟﺪﻳﻦ-ﺭﺑﻊ اﻟﻌﺎﺩاﺕ-ﻛﺘﺎﺏ ﺁﺩاﺏ اﻟﻨﻜﺎﺡ- ﺻﻔﺤﺔ -38
Senada dengan Imam Al-Ghazali, Syaikh Abd al-Wahhab Al-Sya’rani berkata dalam Lawaqih al-Anwar,
“Tuan guru saya ‘Ali Al-Khawwas pernah berkata: sedikit sekali ada auliya` kecuali ia mempunyai istri yang selalu menyakiti dengan lisan maupun perbuatannya.”
(Lawaqih al-Anwar: 261).
Bersabar Dan mengalah untuk istri bukanlah hal yang merendahkan. Itu bukanlah tanda bahwa ia ialah lemah ataupun tanda ketidakjantanan, seperti yang disangka kebanyakan manusia. Akan tetapi hal tersebut Adalah akhlak orang-orang yang berilmu & tanda kedalaman agama yang dipunyai. Cerita di bawah ini mungkin dapat jadi percontohan.
Tuan Guru Besar Syaikh Muhammad Al-Rifa’I (lahir 500 H). Beliau ialah seorang ulama besar dan dikenal selaku seorang wali yang namanya masyhur di segala penjuru. Seorang mursyid dan pendiri Tarekat Al-Rifa’iyyah yang tidak asing lagi.
Biografi beliau banyak dijumpai dalam banyak karangan ulama, seperti Al-Thabaqat Al-Kubra (juz 1 hlm 250) karangan Al-Sya’rani, Al-Kawakib (juz 2 hlm 29) karangan Al-Manawi, Syadzarat al-Dzahab (juz 6 hlm 327), dan seterusnya.
Suatu kali muridnya bermimpi bahwa sang Syaikh duduk di singgasana para shiddiqin, tapi sang murid memendam dan tidak mau menceritakan mimpinya itu. Kebetulan Syaikh Al-Rifa’i itu mempunyai istri yang kasar kata-katanya, sering berbuat jelek juga menyakiti beliau. Pada 1 Peluang, sang murid berkunjung ke rumah Syaikh dan menyaksikan istri Syaikh tengah memegang kayu pengorek tungku masak. Lalu istri tersebut memukul punggung Syaikh sampai baju beliau jadi hitam terkena bekas arang dari tungku masak. Akan tetapi Syaikh cuma terdiam.
Tidak terima menyaksikan gurunya diperlakukan semena-mena, ia memprovokasi teman-temannya. Ia berkata, “Wahai teman-teman, guru kita memperoleh perlakuan yang demikian-demikian dari seorang perempuan. Apa Anda semua akan diam saja?”
“Mahar dari isteri guru kita itu 500 dinar, sedangkan beliau itu fakir,” timpal yang lainnya.
Lalu ia pun mengumpulkan uang sebanyak itu untuk membebaskan gurunya dari perempuan itu. Lalu datanglah sang murid untuk Syaikh Al-Rifa’i dengan membawa 500 dinar dalam sebuah talam kecil. Syaikh berkata, “Apa ini?”
“Ganti untuk mahar untuk istri guru yang sudah memperlakukan guru dengan nggak baik,” jawab murid.
Syaikh Al-Rifa’i tersenyum & berkata, “Kalau bukan sebab kesabaranku dalam berhadapan dengan pukulan atau kata-katanya, maka kamu tidak akan melihatku duduk di singgasana itu.”
Semoga Bermanfa'at Untuk kita semua
0 Komentar